Friday 18 November 2011

Let you go

Player: Adit : Seorang cowok yang cukup terkenal di sekolahnya, hoby kebutan liar di jalanan.
Cherry : Seorang cewek yang menggilai Adit. Ia gak peduli betapa adit menyukai kebutan liar. Namun cintanya terpendam.
Tiara : Mantan Adit yang masih adit sayang.
Dewi : Sahabat Cherry.
Veri : Sahabat dekat Adit. 




Adit menengok ke arah Cherry. Ia tersenyum penuh arti. Sudah lama @ia tak berjumpa. Sudah lama ia tak bertatap muka dan melempar senyum setelah kejadian menyakitkan itu.

#flashback Aditya menolak Cherry karena Tiara. Padahal Aditya dan Tiara baru saja bertemu, namun mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Cherry berusaha untuk menghilangkan rasa sakitnya dengan cara apapun. Tidak mudah memang, tapi kali ini ia hampir melupakan.

Setidaknya sampai detik ini, ia berpapasan langsung dengan Adit. Balutan luka itu kini terbuka lagi. Cherry hanya terdiam. Walau didalam hatinya ia ingin sekali memeluk Adit, seseorang yang berhasil mematahkan hatinya dan belum sembuh hingga sekarang~

"Hai Cherry'' ujar Adit sambil melempar senyum termanisnya. Ia berhak masuk nominasi senyum termanis.

''Iya, ada apa dit?'' balas Cherry dingin. Ia hanya bisa mengeluarkan kata itu. Padahal hatinya bergejolak ingin memeluk pria itu.

"Apa kabarmu? Sudah lama kita tak bertemu selama ini, aku mengira kau benci padaku.." ujar Adit, terlihat seperti orang bodoh yang bahkan seolah tak tau kejadian menyakitkan itu.

"Tidak. Aku hanya sibuk'' Balas Cherry singkat.
''Apa kabarmu? Masih menyukai balapan liar?'' lanjutnya sambil menatap motor ninja Adit yang ia kendarainya hari itu.

''Semakin parah'' kata adit seraya menyeringai sinting.
''Aku baru saja memenangkan motor ini'' sambil menatap motor yang dinaikinya.
*ada jeda sedikit panjang*
''omong-omong..'' Ucap adit merobek keheningan. ''Aku kesini ada perlu'' lanjutnya.

"Oh .. Perlu apa?" Tanya Cherry tidak begitu antusias.

"Aku ada perlu sebentar disini, jadi aku mampir , eh tidak sangka kita bertemu ya" ujarnya lagi seraya memamerkan senyum manisnya itu. Sepertinya Cherry lumer dengan senyumnya yang dulu mematahkan seluruh hatinya itu.

''eh iya.. Maaf aku harus pergi. Sekarang'' Kata Cherry tetap saja dingin.

''oh.. Kau ada kelas hari ini? Maaf aku ganggu, kalau begitu aku juga harus pergi'' Ucapnya sambil menyalakan mesin motornya.

''okay..'' kalimat terakhir dari cherry sepertinya ia harus menambahkan beberapa kalimat lagi, tapi bibirnya kaku seolah tak bisa bicara.

''Tunggu..'' Ujar Adit sambil meraih tangan Cherry. Dan turun dari motornya.

''Apalagi?'' teriak cherry.

Namun tangan Adit begitu cepat meraih tangan cherry dan menarik cherry ke dekatnya. Lalu ciuman di kening yang hangat itu terjadi. Adit mencium kening Cherry lembut , sedangkan cherry terpejam. Ia menikmati hangatnya bibir adit.

Kyaaaaaaaaaa..... Ciuman kening. Satu satunya yang cherry inginkan di dunia ini, selain memiliki harta pangeran william pastinya. Ia menikmati. Dan cuma ia dan hatinya yang tau semua itu.

''Maaf..'' Ucap adit memecah keheningan. Ia melepaskan pelukannya.
''Maafkan aku, entah kenapa aku harus melakukan itu padamu'' sambil tertunduk menyesal.

''Tak apa, aku tak keberatan..aku harus pergi sekarang'' Ucap cherry tetap dingin.

''Iya..aku juga kalau begitu, emm.... Anggap saja itu semacam 'byeee' dariku. Siapa tau kita tak bertemu lagi. Tidak ada yang tau kan? Oke selamat beraktifitas cherr'' Ucap adit bersemangat, sambil melambaikan tangan dan tersenyum manis. Lalu ia menyalakan motornya dan melesat pergi.

Cherry hanya bisa memandang dari kejauhan sambil membalas senyumnya. Entah, kalimat terakhirnya membuatnya sedih. Tapi ia juga melonjak kesenangan.

''Aku baik baik saja dit disini. aku kangen banget sama adit. maaf ya, aku nggak bermaksud dingin tadi. Aku hanya nggak tau apa yang harus aku omongin. Aku kangen kamu. Aku mencintaimu. Hati hati ya, jalanan terlalu keras untukmu'' bisik Cherry lirih.

Adit sudah tak terlihat lagi. Jalanan sudah lalu lalang oleh kendaraan yang padat merayap itu. Lalu Cherry meninggalkan tempat yang ia injak itu. Ia berlarian ke kelas, karena memang sudah terlambat masuk kelas saat itu. Ia mendapati Pak. Mustchen sedang menerangkan proses terjadinya bayi kembar. Hooaaam~

***

Tiba-tiba dari arah kejauhan , terlihat Veri berlarian panik menuju kelas. Iya , dia memang teman sekelasnya tapi setiap kali ia terlambat ia nggak pernah seheboh itu.
"Pak darurat , permisi .. Saya ingin menyampaikan berita duka , berita gawat " katanya panik disela-sela nafasnya yang memburu. Ia melirik ke arah Cherry. Mendadak perasaan Cherry tak enak. "Ada apa? Tolong tenang.. Jangan membuat kami semua panik" Kata Pak Mustchen.
"Masalahnya ..." Ucap veri terengah. "Terjadi tabrakan lari disana ... Dan orang itu ..." Veri tak sanggup menyelesaikan kata katanya. Ia duduk lemas didepan kelas. Perasaan Cherry benar benar tak enak. Dingin. Keringat menjalar di seluruh tubuhnya. Ia benar benar Sauna dengan cara yang sangat buruk. "Siapa dia?" tanya Pak Mustchen lemas, terbawa suasana veri yang sangat panik. Entah didalam hati Cherry bilang 'tolong jangan katakan namanya. Tolong Tuhan semoga yang ia pikirkan salah. Semoga yang dia pikirkan sudah sampai dirumah sedang berbincang dengan ibunya. Tolong Tuhan.. Tolong' dalam hatinya. Ia begitu panik.

***

Sontak semua menatap Cherry penuh iba.
Dewi menatap Cherry dan memeluknya. Cherry mematung. Ia seperti orang bodoh yang kehilangan otaknya. Ya , Adit yang mengalami kecelakaan parah di jalan itu. Dan sekarang , mungkin ia dibawa ke ruang UGD. Ruang dingin yang selalu membawa kematian.
Kosong. Cherry ngga bisa merasakan apa apa lagi. Bahkan merasakan pelukan hangat sahabat yang membuatnya tenang. Ia terlalu mengabaikannya saat ini.

"Ver ... Bisa lo anterin gue ke tempat itu sekarang'' Ujar Cherry pelan. Suaranya parau. Ia berbicara pada Veri namun arah matanya kosong entah kemana.

Sekolah mengizinkan mereka berdua pergi menemui Adit di Rumah sakit. Sementara pihak sekolah akan menyusulnya nanti.
Selama di perjalanan, Cherry dan Veri tak banyak bicara. Hanya diam.
Sesampainya di rumah sakit ...

''Maaf .. Apa yang nona maksud Aditya Panca Nugroho?" "Ya ..sus.." suster itu membolak balikan buku tamunya. Dan yaa ... "Maaf .. beliau baru saja dibawa pulangkan" "Apa maksudnya?" Tanya Cherry yang jelas,ia tak punya harapan.

***

Seseorang seperti memukul kepalanya dengan benda berat. Sangat berat. Hingga ia tak mampu mengangkat kepalanya hingga pingsan.

3 jam kemudian Cherry siuman. Dalam mimpinya, Ia bertemu Adit. Adit meyentuh tangannya, Ia bilang ''maafkan aku .. aku mencintaimu, tapi kita nggak bisa bersama. Jangan menangis. Aku akan pergi. Tapi aku selalu ada disana, dihatimu. aku ngga suka liat kamu nangis. Dasar cengeng. Byeee. Aku harap kamu selalu baik saja'' Sambil mengelus rambut Cherry yang panjang dan berantakan lalu tersenyum dengan senyum konyol-yang bisa membuat cherry menggila- lalu pergi dan menghilang.
"Adiiiiitttt !!! Jangan pergi..'' tiba-tiba Cherry terbangun. Dia ada di rumah sakit. Ada Veri , Dewi , dan ibunya. "Kenapa? Kok aku ada disini?" tanya Cherry.
"Oh .. Oh nggak, kamu hanya sedikit demam sayang .." Kata ibunya dengan wajah iba.
"Ver .. Kok lo .." "Adit mana? mana dia? Tadi aku lihat ia dimimpi. besok aku akan menemuinya. Temani gue ya ver'' ujar Cherry senang. Semua orang di ruangan itu bertatapan. ''Boleh .. Kan Bu?''

Ibunya hanya terisak lalu keluar.
"Adit udah ngga ada rry ..'' jawab veri pelan. ''lo harus nerima. Ini udah kehendak Tuhan'' . tatapan cherry melemah. Ia berharap ini hanya mimpi. Mimpi buruk. ''Lo bercanda kan? Ngga serius ini kan?''

''besok gue anter lo ya, ketempat pemakamannya, besok dia mau dimakamin ...'' veri terdengar parau. Cherry terisak. ''stopp..gue besok dirumah aja, mungkin gue nggak akan kuat disana...''

Cherry terisak sejak lama sekali. Dan saat dia dirumah pun, ia tetap menangis. Ia nggak mau makan atau minum sama sekali. Wajahnya pucat, bibirnya kering, dan tatapan matanya kosong. Ia hanya diam di pojokan kamar,meringkuk memeluk kakinya sendiri , dan menggigit jarinya sesekali.

*******

Cherry membuka facebook. Ia klik 'search' lalu ia mengetik nama 'Aditya Panca Nugroho' dengan penuh semangat. Banyak kata duka di facebook adit. 'selamat jalan'. Cherry mulai menuliskan kata demi kata untuk adit di facebook untuk pertama kalinya.

''Selamat pagi adit. Aku mencintaimu. Kamu pasti lagi sarapan ya di surga? Cieee enak ya di surga banyak bidadari cantik. Kamu tinggal pilih yang mana ;) . Oh iya, kamu baik baik aja kan disana? hihi.. Aku nggak lupain kamu kok ..nggak akan, paling kamu yang lupain aku ;p . Aku kangen ketemu kamu dit, kapan kita bisa ketemu? Seenggak'nya kamu hadir di mimpi aku ya ;) dadah adit. Baik baik ya sama Tuhan'' lalu 'post' .

Cherry menangis. Terisak. Lalu beberapa menit kemudian ada 'notif' di facebook Cherry.
''Tiara Renalda mengomentari post anda di dinding Aditya''. Mantan Adit. Cherry cepat cepat membukanya.

Tiara Renalda |
''Aku tau kamu terpukul, sabar ya Cherr.. Tuhan pasti jaga adit kamu kok ;') semangat ya cherry''

Cherry Anandatia |
''Iya Ra .. Makasih ya.. Sabar ya, semoga kamu bisa nerima. Kamu juga pasti lebih sedih :( . Cherry semangat kok disini, makasih ya ;'D''

Karina Nugroho | (kakak Adit)
''Tolong, semua ikhlaskan adit ya :')
Maafkan kesalahan adit ya .. Ikhlas. biar aditnya tenang disana .. :') ''

Cherry Anandatia |
''iya kak .. Cherry coba ya ;') tapi izinin cherry menulis kata kata cherry di facebook adit ya ..."

Cherry menutup facebooknya. Mematikan laptopnya dan keluar dari kamar. Tatapannya kosong.
Ia berusaha melupakan adit, dan menerima kalau adit sudah berbeda alam dengannya. Tapi tidak bisa.. Cherry terlalu sulit untuk itu.

Ia berjalan ke teras, memperhatikan bintang di malam itu. ''adit.. Bisakah kamu temui aku sekarang? Muncullah dari atas sana, dan temani aku disini!'' bisiknya lirih. Ia lingkarkan tangannya pada lututnya dan membenamkan kepalanya diantaranya. Lalu terisak.

Tiba-tiba ibu cherry datang.
''Kakak..udah yah.. Ikhlasin adit.. Kak.. Kakak pasti bisa! Mama ngga mau liat kamu nangis''
''maaf ma.. Aku tadi terbawa suasana aja hehe'' balas cherry sembari tersenyum dan menahan air matanya keluar lagi.

****
Sebulan kemudian...

Hari itu seperti hari biasa. Cherry masih membayangkan adit masih ada disini.
Ia berangkat sekolah, tapi ia berbelok ke tempat yang dulu bertemu adit. Lalu diam. Lamaa sekali.. Ia menunggu adit. Bodoh memang, tapi apa daya.
Setelah lama menunggu, Dewi ngga sengaja ketemu dengan Cherry di tempat yang sama. ''Cherr.. kamu ngapain disini?'' tanyanya heran. ''A-Aku ..nunggu seseorang dew..'' jawab cherry canggung , dari kata katanya,ia yakin benarbenar akan bertemu dengan orang yang ditunggunya. ''Siapa? Jangan bilang Adit.. Cherr...sadar dong.. '' Ucapnya sambil memeluk bahu cherry. Sedangkan Cherry hanya mengangguk. ''Cher.. Adit nggak akan nemuin kamu disini''
''iya dew..aku tau. Aku harus ke atas sana dulu kan?'' kata cherry sambil menerawang ke awan lalu tersenyum.
''cher.. Kamu sayang kan sama adit? Adit pasti sedih deh liat kamu kaya gini...'' ''kita ke kelas aja yuk.. Bentar lagi masuk loh..'' lanjutnya sambil menarik tangan cherry yang mematung.

''Oh iya..ada yang lupa..'' Ucap Cherry tibatiba.
''Apa?'' tanya dewi mengerenyitkan kening.
''sebentar..'' lalu cherry mengambil handphone nya di kantung bajunya dan mengetik sesuatu.
Ia mulai asyik dengan kata-katanya. Seperti pagi pagi biasanya, ia selalu menuliskan :
''Selamat pagi adit :'D
Aku kangeeeeennn bgt pagi ini sama kamu.. Kita udah berapa lama ya ngga ketemu? Aku pengeeeennn bgt ketemu kamu.. Maafin Cherry ya dit.. cherry masih sedih ngga ada kamu disini :') '' lalu post ke facebook adit.
''kenapa?'' dewi membuka suara.
''biasa dew..aku nyapa adit dulu hehe'' katanya. Terlihat bodoh ,dan kedengarannya sedikit sinting.
Dewi hanya mengangkat bahunya dan berusaha membuat Cherry melupakan Aditnya itu.


*****

Cherry terdiam di sudut kelas saat istirahat, tentunya bersama Dewi, sahabatnya. Ia terdiam, sampai akhirnya hujan di wajahnya pun mengalir.

''Cherry..kenapa? Kok nangis?'' ujar dewi. Ia menatap sahabatnya dan memeluknya.

''Adit ... Adit ... Temuin aku sekarang.. Temuin akuuuu.... Adiittttt sssshh'' Cherry tak mampu membendung tangisnya. Ia memeluk lututnya dan menangis terisak. Ia sangaaaattt merindukan adit.

''sssshhh... Kenapaa dew... Kenapaaa? Kenapaaa aku bodoh banget.. Kenapaaa ssshhh... Kenapaaa aku nggak bisa lupain adit.. Dia udah pergi sebulan yg lalu buat ketemu Tuhaaannn'' kali ini tangisan cherry semakin kencang. Dewi hanya memeluknya erat. Eraaatt sekali, membiarkan cherry menumpahkan semua air matanya di bahunya.

''Udah..cher..udah ikhlasin yah... kamu sayang kan sama adhit? Rela'in adit pergi, kasian dia''

*********

Cherry berjalan di lorong lorong sekolah, sendirian. Ia menapaki kelas demi kelas yang ada di sekolahnya. Lalu ia mengehentikan langkahnya saat ia melihat sesosok lelaki yang ia sepertinya kenal. Lelaki itu duduk didepan loker Cherry. Lelaki itu sepertinya menangis.
''hey.. Kamu.. Kenapa?'' Sapa Cherry pada lelaki itu.

Lelaki itu mendongakan kepalanya. Ternyata adit. Iya, Aditya panca nugroho.

''Adit..'' bisik cherry lirih.

''Adiiittt'' kali ini cherry memeluknya
erat dan menangis.

''kamu kenapa menangis disini?'' ''pulang ya..'' kata cherry melepaskan pelukannya.

''Adit sedih cherr..'' Adit mulai membuka suara. Suaranya dingin. Nyaris tidak bernyawa. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya dingin, dan bibirnya beku.

''kenapa?'' cherry menggenggam tangan adit yang dingin itu.

''cherry sayang adit kan?''

''iya... Dit.. Iyaaa.. Maaf aku baru ngasih tau kamu sekarang.. Maaf sama sikap cherry yang dingin. Maaf..''

''kalau begitu, ikhlasin adit pergi, boleh ya..'' lanjut adit, sambil melepas pelan genggaman cherry ditangannya.

''adit nggak bisa tenang cherr kalo kamu terus terusan begini... adit nggak tega liat orang yang adit sayang tuh nangis.. Ikhlasin yaa.. Adit mau pamit pergi. love you ''

adit lalu mencium kening cherry dan benar benar pergi dari situ lalu menghilang. Cherry hanya mematung dan menahan tangisannya.

********

Cherry benar benar mengerti sekarang. Ia perlahan bisa menerima kalau adit sekarang hanya seseorang yang bisa dikenang, bukan untuk ditemui. Ia perlahan menerima, bahwa sekarang ia berbeda alam dengan adit. Karena mimpi itu... Ia nggak mau sama sekali bikin adit terluka dan merasa tertekan atas kesedihannya.

*******

Kini Cherry ada di depan gundukan tanah. Ia menaburi bunga bunya yang baunya enak diatasnya. Ia berjongkok, dan mengusap papan nisan itu pelan. Ada yang jatuh dimatanya. Bukan sebuah air mata ketidak ikhlasan seorang cherry, tapi lebih ke air mata ikhlas seorang cherry. '' I cry .. And cry it's not because you left me... I cry cause I'd regret that I never tell you I love you. Now, goodbye.. I'll never forget you or change you with others. I'll meet you with this love in heaven. Do you believe? I believe. Miss you.. I'll wait the time for me to meet you''

Ia meninggalkan makam adit. Sesekali menengok kebelakang. Berharap adit akan melihatnya kembali seperti dahulu kala. Tapi cherry sepertinya sadar kalau itu tak mungkin lagi terjadi. Cukup. Ia berjalan dari makam adit, sampai bayang dan langkah kakinya menjauh dari rumah adhit yang sebenarnya. ''Rest In Peace aditya Panca Nugroho .. I love you. ''




Sunday 6 November 2011

Aku tidak bodoh seperti dia ...


Tokoh :
Kevin : bintang utama (bintang sekolah , digemari cewek cantik di sekolah)
Lala : Pemuja rahasia Kevin (pendiam , kuper , agak freak)
Karen : pacar kevin (feminin , sophiholic , angkuh)

Siang itu seperti biasa, Kevin sedang latihan basket. Seperti biasa, dia terlihat sexy karena cucuran keringat yang jatuh dari keningnya. Mata gadis gadis itu melotot nyaris tak mengerjap sedikitpun saat kevin mencoba mengambil alih bolanya.

Seperti biasa, Lala selalu ada disitu. Diam. Memerhatikan kevin yang sibuk dengan permainannya. Ia tidak menjerit histeris ataupun melotot nyaris meneteskan air liur. Ia hanya menatap kevin dari kejauhan , memerhatikan setiap gerakannya, dan berharap bisa mengusap keringatnya dengan saputangan kecilnya.

"Heiiii minggir kalian semua.. Aku mau lewat! Kalian tak tau siapa aku?" Ujar Karen sombong, ya ia selalu datang terlambat dan mencari perhatian setiap kevin latihan.
Kevin menengok , ia tersenyum manis. Permainannya oleng dan akhirnya latihannya kacau.
Selalu seperti itu saat karen datang latihan, dan itu payah menurut Lala.

''Kevin, aku membawakanmu sandwich Tuna kesukaanmu" Ujar Karen manja , sambil tersenyum manis. Aah manis sekali, pantas saja kevin tergila gila padanya.


Hari itu ulangtaun Karen, Lala diundang karna Lala sendiri adalah teman Karen. Seperti biasa, Lala sangat sederhana dalam berpakaian. Ia hanya memakai baju casual tanpa make up dan rambut dikepang dua seperti ciri khas-nya. Sedangkan Karen dengan gaya glamournya. Dress mini , high heels , make up yang tebal , dan pastinya rambut blonde nya yang terangkat keatan. Cantik. Nyaris sempurna.

Lala sebernanya tak ingin datang. Sudah cukup baginya melihat orang yang dicintainya (kevin) mencium kening temannya sendiri (karen). Ia tak mau membuat hatinya lebih terluka daripada ini.

#flashback, sekali waktu , Lala pernah mengungkapkan perasaannya pada Kevin. Namun apa? Kevin sangat dingin, bahkan ia berkata '' hah kau, kau sama seperti wanita yang lainnya, yang hanya menyukaiku karena aku bintang sekolah kan? Haha sudahlah aku takkan terbuai oleh mu. Aku hanya mencintai karen'' . Betapa sakitnya Lala saat itu. Tapi bodohnya ia, ia tetap inginkan kevin. Ia tetap ingin bersama kevin walau dari kejauhan.

Sekarang ia hanya diam di pojok pesta, terlihat berbeda. Ia seperti burung gereja yang memasuki kawasan merpati. Ia disana sambil membolak balikan buku ''romantic stories''-nya dan membetulkan posisi kacamata sesekali.

Tiba tiba , Karen menerima telpon. Lalu ia berteriak seperti orang sinting. Yaa kevin belum datang ke pesta itu dan ini aneh.

"Apaaa? Berikan telefon itu pada kevin, aku ingin bicara!" Kata Karen. "Tidak nona. Maaf ia sedang dirawat intensif , ia mengalami kecelakaan. Ke-ce-la-ka-an. Dan aku adalah polisi lalu lintas. Bukan ayahnya. Jadi berhentilah bertanya mana kevin. Oke. Aku sudah jelaskan ini beberapa kali tapi kau tak paham juga.'' kata orang di seberang sana.

Tiba tiba pesta yang ramai berubah menjadi tegang. Dan pesta di hentikan.

Lala kaget, buku yang ia baca terlepas dari genggamannya. Ia lemas. Ia meringkuk. ''semoga tidak terjadi suatu  yang buruk pada Kev'' harap Lala cemas. Ia tau Kevin kecelakaan. Dan itulah sebabnya pesta dihentikan.

Kevin kecelakaan di KM 66 ia menabrak pembatas jalan saat mau ke pesta karen. Dalam keadaan lelah kevin memaksakan diri melaju dengan kecepatan tinggi untuk merayakan ulangtahun kekasihnya itu. Dan ia tergoncang dan terpental jauh sekali dari motornya. Ninja kawasaki itu melempar kevin kearah jalan hingga beberapa meter jauhnya.

Esokan paginya, Lala datang ke sekolah seperti biasa. Berharap ada keajaiban~entah darimana~ ada kevin disana. Tapi ternyata tidak. Bahkan ia dengar kevin putus dengan karen. Ada apa ini? Tapi seperti biasa Lala hanya terdiam.

Bel pulang, Lala melesat pergi. Ia berlari pergi ke Rumah sakit untuk menengok kevin. Berharap tidak ada sesuatu yang buruk.

''Ngeeeeekkk'' suara pintu yang dibuka perlahan. "Kev.. Kevin'' suara lala samar samar pelan. Merobek kesunyian yang ada didalam.

''Ada apa kau kemari? Tak ada gunanya. Setelah ini kau pasti pergi dan takkan kembali seperti yg lain.'' ucap kev ketus.

''Apa maksudmu? Aku hanya membawakanmu ini'' sambil meletakan kantung yg berisi buah buahan segar.

''YA Tuhan, kau tak mengerti, apa kau mau melihat ini?'' ucap kevin seraya melepas selimutnya.

''Ya Tuhan kevin'' ujar Lala kaget sambil terisak. Lalu ia memeluk kevin.

''Kau pikir aku sebodoh apa? Meninggalkanmu hanya sebuah kaki yang patah? Kau lebih berharga kevin. Aku takkan meninggalkanmu'' isak Lala

''Aku tak mengerti'' ucap kevin tergeragap.

''Dasar bodoh. Aku mencintaimu sepersekian lamanya, dan menurutmu apa aku akan berhenti melakukannya setelah kakimu patah?''

''Ya, dan berhentilah memelukku. Itu palsu. Setelah ini kau pasti pergi dan takkan kembali lagi kan?''

''Imajinasi yang konyol, bodoh. Tidak. Aku akan disini. Kau pikir aku sama dengan yang lain?'' kata Lala dibalik peluknya.
''Aku mencintaimu tulus, bukan karena kau bintang sekolah'' lanjutnya sambil menangis.
''Aku mencintaimu karna kau adalah kau. Kau selalu menciptakan senyum kecil diwajahku tapi kau tak menyadarinya.'' lanjutnya lagi sambil melepaskan pelukannya.
''Berjanjilah, Izinkan aku mencintaimu, berjanjilah kau akan tetap tersenyum setelah ini semua. Aku tetap mendukungmu'' bisik Lala.

"Aku tak bisa berkata apa-apa .. Te.. Te rima kasih la.. Maafkan aku'' Kevin terisak.
''Aku sadar, kaulah yang seharusnya ada disampingku, Lala. I love you..'' Lanjutnya.
"Harusnya aku .. berkata ini padamu sejak awal" Kevin langsung memeluk Lala. Lala menangis.
Keduanya menangis bahagia. :')

Mama .. Maafkan Eric ..


Dua puluh tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Hasan, suamiku, memberinya nama Erik. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Aku berniat memberikannya kepada orang lain saja atau dititipkan di panti asuhan agar tidak membuat malu keluarga kelak.
Namun suamiku mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa kubesarkan juga. Di tahun kedua setelah Erik dilahirkan, akupun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Kuberi nama Angel. Aku sangat menyayangi Angel, demikian juga suamiku. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan & membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Erik. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Suamiku sebenarnya sudah berkali-kali berniat membelikannya, namun aku selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Suamiku selalu menuruti perkataanku.
Saat usia Angel 2 tahun, Suamiku meninggal dunia. Erik sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya aku mengambil sebuah tindakan yang akan membuatku menyesal seumur hidup. Aku pergi meninggalkan kampung kelahiranku bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja.
     

bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja.
Kemudian aku memilih tinggal di sebuah rumah kecil setelah tanah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun………. telah berlalu sejak kejadian itu.
Kini Aku telah menikah kembali dengan Beni, seorang pria dewasa yang mapan. Usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Beni, sifat-sifat burukku yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.
Angel kini telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkannya di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Erik dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana aku bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arahku. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali sama Mama!”
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun aku menahannya,
“Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?”
“Nama saya Elik, Tante.”
“Erik? Erik… Ya Tuhan! Kau benar-benar Erik?”
Aku langsung tersentak bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpaku saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu, seperti sebuah film yang sedang diputar di kepala. Baru sekarang akua menyadari betapa jahatnya perbuatanku dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Erik melintas kembali di pikiranku. Ya Erik, Mama akan menjemputmu Erik…sabar ya nak….”
Sore itu aku memarkir mobil biruku di samping sebuah gubuk, dan Beni suamiku dengan pandangan heran menatapku dari samping. “Maryam, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, suamiku, kau pasti akan membenciku setelah kuceritakan hal yang telah kulakukan dulu.” tetapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak.
Ternyata Tuhan sungguh baik kepadaku. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangisku reda, aku pun keluar dari mobil diikuti oleh suami dari belakang. Mataku menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter didepan. Aku mulai teringat betapa gubuk itu pernah kutempati beberapa tahun lamanya dan Erik….. Erik……
Aku meninggalkan Erik di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih aku pun berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mataku mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.

Namun aku tidak menemukan siapa pun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Aku mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mataku mulai berkaca-kaca, aku mengenali betul potongan kain tersebut, itu bekas baju butut yang dulu dikenakan Erik sehari-hari…… Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, aku pun keluar dari ruangan itu… Air mataku mengalir dengan deras. Saat itu aku hanya diam saja. Sesaat kemudian aku dan suami mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, tiba – tiba aku melihat seseorang di belakang mobil kami. Aku sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali aku tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau ke sini?!”
Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Erik yang dulu tinggal di sini?”
Tiba – tiba Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Erik terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mamaaa…, Mamaaa!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan & mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Erik meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…..”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mama, mengapa Mama tidak pernah kembali lagi…? Mama benci ya sama Erik? Ma…., biarlah Erik yang pergi saja, tapi Mama harus berjanji kalau Mama tidak akan benci lagi sama Eric. Udah dulu ya Ma, Erik sayaaaang sama Mama, ……”
Aku menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Aku berjanji akan meyayanginya sekarang! Aku tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!” Suamiku memeluk tubuhku yang bergetar sangat keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Erik telah meninggalkan dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mamanya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya disana. Nyonya, dosa Anda tidak terampuni!”

Aku kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

Ayah .. Kembalikan Tanganku


Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Quote:
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” ….

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
Quote:
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.
Quote:
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah. “Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah.. sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok
Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
Quote:
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?… Bagaimana Dita mau bermain nanti?… Dita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi, ” katanya berulang-ulang.

Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf.

NB: Buat anda yang telah menjadi orang tua dan atau calon orang tua. Ingatlah….semarah apapun anda, janganlah bertindak berlebihan. Sebagai orang tua, kita patut untuk saling menjaga perbuatan kita especially pada anak2 yg masih kecil karena mereka masih belum tahu apa2.
dan ingatlah, anak adalah anugrah dan amanah yang dititipkan oleh TUHAN untuk kita.

Bunda .. Mandikan aku sekali saja ..


Ewi adalah sahabat saya, ia adalah seorang mahasiswi yang berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi.

Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya.

”Why not to be the best?,” begitu ucapan yang kerap kali terdengar dari mulutnya, mengutip ucapan seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Kampus, mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht-Belanda, Dewi termasuk salah satunya
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang ”selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.

Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila. Bak seekor burung garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya saya pernah bertanya padanya, “Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal oleh ibundanya ?” Dengan sigap Dewi menjawab, “Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya dengan sempurna”. “Everything is OK !, Don’t worry Everything is under control kok !” begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.
Quote:
Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti.

Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang berlimpah. “Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda”. Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik untuk bisa menjadi teman bermainnya dirumah apa bila ia merasa kesepian.

Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil inipun mau ”memahami” orangtuanya.

Dengan Bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi pada saya , Bayu selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku.

Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dengan penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, saya jadi sangat iri pada keluarga ini.

Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya,” Bunda aku ingin mandi sama bunda…please…please bunda”, pinta Bayu dengan mengiba-iba penuh harap.

Karuan saja Dewi, yang detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dengan permintaan anaknya. Ia dengan tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dengan baby sitternya. Lagi-lagi, Bayu dengan penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. “Bunda, mandikan aku !” Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja…?” kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya
Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, “Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang di periksa di Ruang Emergency”.
Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tapi sayang… terlambat sudah…Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya..

Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah bebarapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yang sangat penting. Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku.

Ditengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata “Ini Bunda Nak…., Hari ini Bunda mandikan Bayu ya…sayang….! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak..” . Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil. . Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitanya, “Inikan sudah takdir, ya kan..!” Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?”.

Saya yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain.

Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yang mulai meleleh membasahi pipinya.

Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, “Inilah konsekuensi sebuah pilihan!” lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat.

Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa di duga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat diatas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. “Bayu maafkan Bunda ya sayaang..!!, ampuni bundamu ya nak…? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ketanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.

Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini saya menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.
Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris “Bangunlah Bayu sayaaangku….Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak…..?!?” pintanya berulang-ulang, “Bunda mau mandikan kamu sayang…. Tolong Beri kesempatan Bunda sekali saja Nak…. Sekali ini saja, Bayu.. anakku…?” Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yang sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Bayu.

Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat manusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini…tapi apa hendak di kata, nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak berguna.

Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukannya.